REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (Sekjen PPSKI) Rochadi Tawaf menyampaikan anggotanya di Nusa Tenggara Timur (NTT) sedih karena adanya pemaksaan pemerintah menetapkan harga jual sapi. Pemerintah berkepentingan membeli sapi-sapi peternak NTT untuk mengisi kapal ternak Camara Nusantara I dan diboyong ke Jakarta.
"Di NTT, peternak ribut karena harga tidak cocok," kata dia yang juga merupakan Pengamat Peternakan dan Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Jumat (11/12).
Peternak di NTT kecewa lantaran harga pembelian dilakukan tidak dengan perhitungan pasar melainkan perhitungan 'paksa'.
Idealnya, dia mengatakan saat ini harga sapi hidup Rp 35 ribu per kilogram. Tapi oleh pemerintah, harga tersebut ditekan hingga Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram. "Kalau terus begitu caranya, petani di NTT yang menangis di tengah kegembiraan di Jakarta," ujarnya.
Pembelian sapi untuk dikirim ke Jakarta dengan kapal ternak juga seharusnya memperhatikan produksi sapi setempat. Juga harus dihitung betul seberapa besar kapasitas peternak memasok sapi. Belum lagi, tidak semua sapi di sentra produksi masuk Jakarta. Pasar juga menginginkan daging tersedia untuk wilayah selain Jakarta, misalnya Kalimantan.
(Baca Juga: Kapal Ternak, Langkah Awal Menormalkan Harga Daging Sapi).
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman bermaksud memotong rantai tata niaga sapi hidup dan daging sapi dengan memaksimalkan peran kapal ternak Camara Nusantara I.
Amran menguraikan, harga daging sapi hidup di sentra produksi sekitar Rp 31 ribu per kilogram atau senilai harga daging Rp 62 ribu per kilogram. Dengan harga tersebut, seharusnya harga di tingkat konsumen Rp 75 ribu saja per kilogram.
Pengangkutan sapi dengan kapal ternak Camara juga berguna mengurangi susut tubuh sapi sepanjang perjalanan yang selama ini terkikis hingga 20 persen. Lama transportasi sapi yang pada awalnya sekitar 60 hari pun akan lebih ringkas menjadi tujuh hari saja.
sumber : http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/12/12/nz7mxt384-peternak-ntt-menangis-dipaksa-jual-sapi-murah
"Di NTT, peternak ribut karena harga tidak cocok," kata dia yang juga merupakan Pengamat Peternakan dan Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Jumat (11/12).
Peternak di NTT kecewa lantaran harga pembelian dilakukan tidak dengan perhitungan pasar melainkan perhitungan 'paksa'.
Idealnya, dia mengatakan saat ini harga sapi hidup Rp 35 ribu per kilogram. Tapi oleh pemerintah, harga tersebut ditekan hingga Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram. "Kalau terus begitu caranya, petani di NTT yang menangis di tengah kegembiraan di Jakarta," ujarnya.
Pembelian sapi untuk dikirim ke Jakarta dengan kapal ternak juga seharusnya memperhatikan produksi sapi setempat. Juga harus dihitung betul seberapa besar kapasitas peternak memasok sapi. Belum lagi, tidak semua sapi di sentra produksi masuk Jakarta. Pasar juga menginginkan daging tersedia untuk wilayah selain Jakarta, misalnya Kalimantan.
(Baca Juga: Kapal Ternak, Langkah Awal Menormalkan Harga Daging Sapi).
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman bermaksud memotong rantai tata niaga sapi hidup dan daging sapi dengan memaksimalkan peran kapal ternak Camara Nusantara I.
Amran menguraikan, harga daging sapi hidup di sentra produksi sekitar Rp 31 ribu per kilogram atau senilai harga daging Rp 62 ribu per kilogram. Dengan harga tersebut, seharusnya harga di tingkat konsumen Rp 75 ribu saja per kilogram.
Pengangkutan sapi dengan kapal ternak Camara juga berguna mengurangi susut tubuh sapi sepanjang perjalanan yang selama ini terkikis hingga 20 persen. Lama transportasi sapi yang pada awalnya sekitar 60 hari pun akan lebih ringkas menjadi tujuh hari saja.
sumber : http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/12/12/nz7mxt384-peternak-ntt-menangis-dipaksa-jual-sapi-murah
Comments
Post a Comment