Berdasarkan riset yang digelar Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) terkait 11 negara di Timur Tengah, sedikitnya 29 juta anak-anak yang seperempatnya berada di kawasan ini hidup dalam kemiskinan.
Riset UNICEF ini menunjukkan bahwa anak-anak tersebut tidak memiliki akses terhadap kebutuhan primer kehidupan termasuk pendidikan dasar, rumah yang layak, makanan, kesehatan dan pengobatan serta air bersih.
Salah satu Tujuan Pembangunan Milenium PBB (MDG) adalah pembangunan berkelanjutan, memerangi kemiskinan dan kelaparan di dunia. Sementara itu, selama 17 tahun berlalu dari milenium baru, bukan saja kondisi kemiskinan dan kelaparan di dunia menurun, bahkan sebaliknya malah semakin parah. Kondisi ini khususnya terjadi di kawasan Timur Tengah dan benua Afrika. Pertanyaannya adalah mengapa Timur Tengah mengalami kondisi seperti ini, di mana seperempat anak-anak di kawasan ini hidup dalam kemiskinan?
Tak diragukan lagi jawaban terpenting dari pertanyaan ini adalah Timur Tengah memiliki sturktur eksogen. Dengan kata lain, struktur Timur Tengah bukan muncul dari transformasi internal, namun akibat dari kebijakan kekuatan besar khususnya Amerika Serikat dan Inggris. Struktur ini menurut Barry Buzan, pengamat hubungan internasional, pada dasarnya adalah konflik dan rentan akan kerusuhan.
Dewasa ini intervensi kekuatan Barat di urusan internal Timur Tengah merupakan faktor terpenting instabilitas dan kekacauan total di kawasan ini. Perang yang saat ini meletus di Timur Tengah berubah dari antar negara menjadi perang internal di satu negara. Hal ini tentu saja akibat dari ulah dan strategi Barat. Dengan kata lain, Clash of Civilization (perang antar peradaban) menurut teori Samuel Huntington berubah menjadi konflik internal peradaban. Kondisi ini juga memicu eskalasi kekerasan terhadap anak-anak khususnya kekerasan seperti kemiskinan, kelaparan dan pengungsian.
Salah satu faktor berlanjutnya intervensi kekuatan Barat di Timur Tengah adalah mayoritas pemerintah di kawasan ini bukan saja tidak independen, bahkan mereka terbentuk dari kebijakan Barat dan dewasa ini eksistensi mereka juga sangat bergantung pada dukungan kekuatan Barat.
Hasil dari intervensi barat dan ketergantungan keamanan pemerintah Arab dengan Barat adalah rasa ketidakpercayaan di antara negara-negara Arab semakin tinggi. Padahal salah satu syarat menciptakan stabilitas dan keamanan di sebuah kawasan adalah kepercayaan di hubungan antar negara. Ketidakpercayaan antar negara akan mendorong melambungnya anggaran militer.
Sementara kepercayaan di hubungan antar negara akan mendorong anggaran dialokasikan ke sisi lain seperti demi kesejahteraan rakyat dan mengurangi angka kemiskinan serta kelaparan ketimbang digunakan untuk militer. Di sisi lain, ketidakpercayaan antar negara untuk saat ini mengubah kawasan Timur Tengah menjadi pasar ekspor senjata terbesar di dunia.
Di kondisi seperti ini, kemiskinan dan kelaparan bukan saja tidak menurun, bahkan sebaliknya semakin tinggi. (MF)
Comments
Post a Comment