Ilustrasi. (FOTO: MI/Atet Dwi Pramadia)
Metrotvnews.com, Jakarta: Setelah mengalami perlambatan sejak kuartal III-2016 hingga kuartal I-2017, tren harga properti untuk segmen residensial menunjukkan kenaikan tipis pada kuartal II-2017.
Hal itu menunjukkan mulai pulihnya pasar properti nasional karena pengembang percaya diri untuk menaikkan harga residensial. Hal itu terungkap dari data Rumah.com Properti Index (RPI) kuartal II-2017.
Data RPI menyebutkan harga properti segmen residensial naik tipis 0,39 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Tren kenaikan tersebut diperkirakan Head of Marketing of Rumah.com Ike Hamdan terus berlanjut hingga akhir tahun ini.Penaikan harga tersebut juga didorong perilaku pengembang yang banyak menahan diri untuk merilis proyek terbaru mereka pada kuartal II-2017. Suplai rumah pada kuartal II-2017 menunjukkan penurunan hingga 9,6 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Padahal, pada kuartal I-2017 masih terjadi kenaikan suplai hingga 11,4 persen jika dibandingkan dengan kuartal terakhir 2016. RPI disusun berdasarkan hasil analisis dari 400 ribu daftar properti yang berada di portal Rumah.com dan dikunjungi rata-rata 3,4 juta pengunjung setiap bulan.
Pengunjung Rumah.com juga melihat 17 juta halaman properti yang tersedia. Data RPI pun menunjukkan secara rentang tahun (year on year) kuartal II 2017 masih terjadi penurunan harga sebesar 2,7 persen.
Dengan melihat kondisi tersebut, saat ini merupakan momen yang tepat untuk membeli rumah sebelum harga bergerak semakin tinggi.
Meskipun momentum emas untuk membeli rumah sudah lewat karena seharusnya dilakukan saat tren harga menurun, Ike menegaskan hingga akhir tahun tren penaikan harga akan bergerak tipis sebelum melambung di tahun berikut.
Pasalnya, "Masih banyak stok dari pengembang karena mereka lebih menahan diri, menahan suplai, sehingga mereka ingin menghabiskan stok tersebut terlebih dulu," kata Ike saat merilis RPI kepada pers di Jakarta.
Daya beli
Penaikan harga properti di tengah pelemahan daya beli masyarakat, menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede, berdampak pada potensi penjualan properti.
Tren perlambatan penyaluran kredit properti masih terlihat pada Mei tahun ini dengan kredit pemilikan rumah (KPR) khusus rumah tapak yang hanya tumbuh 7,9 persen dalam rentang setahun, lebih rendah daripada kuartal I 2017 yang tercatat 8,7 persen (yoy).
"Permintaan tidak meningkat signifikan pada Ramadan. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, antara lain penyesuaian tarif listrik di awal tahun, harga komoditas pangan yang belum turun, pendapatan riil menurun, tahun ajaran baru sekolah, serta ekspektasi inflasi yang meningkat pada akhir tahun," kata Josua.
Namun, sejumlah kebijakan pemerintah seperti penyediaan bantuan bahan pokok berupa beras sejahtera dan dana desa diharapkan mampu mendongkrak daya beli masyarakat. Rencana pemerintah menunda penaikan tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM) diprediksi menguatkan daya beli masyarakat pula pada paruh kedua tahun ini.
Suku bunga perbankan untuk rumah tapak, menurut Josua, juga menunjukkan tren menurun. Hal itu bisa dijadikan kesempatan bagi masyarakat untuk membeli rumah. Apalagi saat ini jumlah tabungan masyarakat menunjukkan tren membesar. (Media Indonesia)
(AHL)
Comments
Post a Comment