Skip to main content

Pedagang Tergusur PT KAI Protes ke Keraton

Pedagang menggelar aksi yang mereka sebut tapa pepe di depan Keraton Yogyakarta, Minggu (16/7/2017). (Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim)

Metrotvnews.com, Yogyakarta: Sekitar 15 pedagang yang digusur PT KAI Daop VI Yogyakarta melakukan aksi tapa pepe di kawasan Alun-alun Utara dengan menghadap Kraton Yogyakarta pada Minggu siang, 16 Juli 2017. Tapa pepe ini sebagai bentuk menuntut keadilan kepada Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X atas nasib pedagang yang tidak jelas. 

Para pedagang tersebut digusur atas dasar lahan yang akan digunakan pedestrian di sisi selatan Stasiun Tugu Yogyakarta berstatus tanah kasultanan (Sultan Ground). "Para pedagang sudah seminggu lebih tidak tahu mau bagaimana. Sampai sekarang masih terkatung-katung nasibnya," ujar humas  paguyuban pedagang Manunggal Karto, Suwarto. 

Warga Kelurahan Sosrowijayan, Kota Yogyakarta ini mengatakan PT KAI menggusur atas dasar kekancingan atau hak penggunaan tanah dari Keraton Yogyakarta. Para pedagang, kata Suwarto, berharap Sultan bisa bersikap adil dan memperhatikan nasib para pedagang. 

"Kepada Sultan kami mohon keadilan atas situasi seperti ini. Kami sebagai pedagang kecil tidak mendapat tempat yang lebih baik setelah digusur. Kami sudah berdagang sejak 1970," kata lelaki berusia 49 tahun ini. 

Menurutnya, para pedagang yang sebagian besar sudah berstatus sebagai warga Yogyakarta ini masih syok. Ia menyebutkan para pedagang masih sakit hati dan fisik usai adanya penggusuran pekan lalu. 

"Kami sampai saat ini tidak bisa bekerja. Tidak semua pedagang bisa ikut tapa pepe karena masih belum kuat menerima kenyataan usai digusur," ujarnya. 


Pedagang menggelar aksi di depan Keraton Yogyakarta.

Ia menambahkan, para pedagang prinsipnya mendukung adanya pembangunan. Namun, lanjutnya, para pedagang meminta adanya solusi apabila lapak pedagang digunakan sebagai objek pembangunan. 

"Kami tidak pernah mendapat solusi dari pemerintah. Padahal kami sudah mendatangi Pemerintah Kota Yogyakarta, jawabannya hanya dipikirkan. Tempat yang ditempati dulunya Pemkot (Yogyakarta) yang mendirikan," ujarnya. 

Aksi tapa pepe belum mendapat tanggapan langsung dari pihak keraton.

Pedamping pedagang tergusur dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Yogi Zul Fadhli mengatakan para pedagang sebetulnya bukan pedagang ilegal dan memiliki kartu identitas pedagang pasar dari Pemkot Yogyakarta. "Yang resmi itu sekitar 25 pedagang. Tiap tiap pedagang punya 1-5 pegawai. Artinya ada banyak yang terdampak dari penggusuran itu," ujar Kepala Departemen Advokasi LBH Yogyakarta ini. 

Sejauh ini, lanjut Yogi, pihaknya bersama pedagang telah menempuh jalur ke Ombudaman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mendalani dugaan adanya maladministrasi dalam penggusuran. Ia menegaskan bakal mencari langkah lanjutan untuk memperjuangkan nasib para pedagang itu.

(SAN)

Comments

Popular posts from this blog

Urutan Viewers Instagram Stories Berdasarkan Apa? Ini Penjelasannya!

Urutan viewers instastory paling atas berdasarkan apa? Ayo pasti penasaran kan? Nah sejak keluar algoritma Instagram terbaru kemarin, urutan viewers snapgram teratas atau yang melihat instastory paling atas adalah mereka yang paling perhatian sama kamu. Maksudnya mereka itu sering sekali kepo atas kehidupan kamu. Walaupun mereka tidak pernah melakukan like atau berkomentar di foto yang kamu upload, tapi mereka selalu buka profil ig kamu untuk melihat foto terbaru kamu serta snapgram kamu tak ketinggalan juga. Tidak percaya? Coba deh kamu cek sendiri viewer ig story kamu, nah yang melihat atau instastory viewer paling atas pasti orang-orang yang sama meski orang tersebut jarang like atau berkomentar pada foto Instagram kamu. Jadi saat kamu membuat Instagram story terbaru maka saat mereka membuka aplikasi Instagram di hp nya snapgram kamu lah yang akan muncul pertama kali disebelah kiri atas ig mereka. Nah sudah paham kan yang aku jelaskan di atas. Dari sini kamu bisa tau siapa yang...

Modus Pemalsuan Pelat Nomor di Berbagai Negara & Upaya Mencegahnya

Di Amerika Serikat, kepolisian menggunakan alat pemindai pelat nomor kendaraan untuk melacak penjahat. Di Indonesia juga alat serupa. tirto.id - Pemalsuan pelat nomor kendaraan bermotor kerap terjadi di Indonesia. Di Jakarta, pelat palsu ini biasanya digunakan sebagai modus agar melenggang di jalur ganjil-genap tanpa dicegat polisi. Pada sisi lain, pelat imitasi kerap dipergunakan untuk pencurian, penipuan, dan kasus pidana lainnya. Siasat mencurangi aturan hukum itu juga terjadi di berbagai negara lain. Misalnya di Amerika Serikat (AS). Pada Juni 2018 lalu, dua pria asal Sacramento, California, Joseph Seeger, dan Travis Quigley ditangkap. Hal itu diberitakan The Sacramento Bee. Saat menggeledah, polisi menemukan peralatan atletik curian senilai 3.000 dolar AS di dalam mobil. Temuan itu berawal dari kecurigaan polisi pada pelat nomor mobil mereka yang tertulis angka “19”. Angka yang dari gorekan spidol itu berada di ujung pelat nomor. Sedangkan di Austin, AS, polisi mencurigai...

Ada Gangguan Listrik, KRL Menuju Bekasi Hanya Sampai Cakung

Liputan6.com, Jakarta - Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line yang menuju Stasiun Bekasi dihentikan hanya sampai Stasiun Cakung. Penyebabnya, ada gangguan listrik aliran atas. " #InfoLintas Terdapat gangguan listrik aliran atas antara jalur Tambun-Bekasi, saat ini masih dalam penanganan petugas dinas terkait. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan perjalanan Anda ," tulis akun twitter Info Commuter Line‏ @CommuterLine, Senin (2/4/2019). Sejumlah rangkaian kereta yang menuju Stasiun Bekasi hanya berhenti sampai Stasiun Cakung. Rangkai kereta tersebut langsung diberangkatkan kembali ke arah Stasiun Jakarta Kota. " Proses penanganan perbaikan listrik aliran atas masih memerlukan tambahan waktu estimasi ± 45 menit, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan perjalanan Anda ," @CommuterLine menambahkan. PT Kereta Commuter Indonesia pun mengimbau agar penumpang menggunakan transportasi lain. " #InfoLintas Info Lanjut proses perbaikan listrik aliran atas masih ...