MI/PANCA SYURKANI
SEGMEN terakhir ialah bahasan aplikasi edukasi untuk pengidap autisme, Cakra. Awalnya Nurul Wakhidatul Ummah dan Muhammad Rizky Habibie membuat aplikasi Cakra karena ingin membantu masyarakat menengah ke bawah yang kesulitan untuk mendapat akses terapi untuk autisme. Karena mereka tahu masyarakat di Indonesia terutama di rural area tidak sedikit yang mengidap kebutuhan khusus. Namun, sayangnya sering terbentur keterbatasan ekonomi.
Selain itu, harga terapi yang ada saat ini masih belum bisa dijangkau oleh semua kalangan. Untuk saat ini, Nurul berharap ada terapi yang mudah. Artinya bisa dipakai di mana pun dan kapan pun tanpa terkendala biaya dan proses. Karena Nurul dan rekannya tidak mempunyai pengetahuan tentang terapi autisme, mereka bekerja sama dengan Cakra Autism Center Surabaya yang mempunyai sekitar 600 pasien.
Aplikasi Cakra digunakan di Cakra Autism Center Surabaya. Cakra didukung oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti). Saat ini aplikasi Cakra sudah digunakan oleh 2.000 pengguna. Sebesar 90% penggunanya ialah pengguna Cakra Gold, dengan berbayar Rp1 juta per aplikasi. Setelah aplikasi Cakra, mereka mengembangkan ada hardware versi 2.0 untuk tunanetra yang bisa dihubungkan dengan Android.
Hardware seukuran ponsel itu nantinya mengeluarkan huruf braille. Jadi selama ini jika braille di kertas, ini lebih bagus dan tidak rusak. Tentu bisa di bawa ke mana-mana dengan hanya meng-input-kan teks melalui Android. Anak-anak juga bisa belajar dengan meraba di hardware. Harga hardware ini antara Rp2 juta hingga Rp2,5 juta. Alat itu nantinya akan mewujudkan mimpi agar tunanetra bisa membaca buku apa pun di mana pun hanya dengan menscan. (Eno)
Comments
Post a Comment