Pengecatan rumah
Sejumlah warga di Dusun Cisema, Desa Pakualam, Kec.Darmaraja, bahu membahu bergotong royong mengecat rumahnya untuk membangun Kampung Buricak Burinong, Minggu (27/8/2017). Pembangunan Kampung Buricak Burinong tersebut guna memantik pariwisata di Waduk Jatigede.
SUMEDANG, (PR).- Komunitas Sumedang In Move kembali melakukan pengecatan rumah untuk membangun Kampung Buricak Burinong (Burnong). Setelah sukses mengecat 61 rumah di tahap satu, kini ditargetkan sebanyak 26 rumah selesai dicat di tahap dua. Penyelesaian pengecatan rumah warga di Dusun Cisema, Desa Pakualam, Kecamatan Darmaraja itu, bertujuan untuk merealisasikan lokasi wisata baru yang instagramable. Pasalnya, Kampung Buricak Burinong ditargetkan untuk menjadi destinasi wisata swafoto kelas dunia.
"Pengecatan rumah ini terbagi menjadi dua tahapan yang diharapkan selesai pada Oktober mendatang. Tapi, tahap kedua ini baru dilakukan setelah Idul Adha," kata Ketua Tim Pengarah Komunitas Sumedang In Move Herman Suryatman , Selasa 29 Agustus 2017.
Herman mengatakan, pengecatan Kampung Burnong itu berbeda dengan yang dilakukan di daerah Malang dan Semarang. Menurut dia, pengecatan di dua kota tersebut cenderung sembarang sehingga setiap rumah berwarna-warni. Kampung Burnong, akan lebih semarak karena pengecatan dilakukan dengan memberikan gradasi tiga warna. Dimulai dari warna tua, sedang, dan muda yang terdiri dari 12 warna.
"Jadi, nantinya setiap arah mata angin warnanya akan berbeda-beda," ujarnya.
Tak hanya berupaya menciptakan destinasi wisata baru, pengecatan kampung tersebut bertujuan untuk memantik perkembangan pariwisata Waduk Jatigede. Namun, ia mengungkapkan, jika pewarnaan hunian warga itu dapat menjadi titik awal mimpi besar untuk menghadirkan wisata kelas dunia. Ia mensyukuri, adanya niat menciptakan lokasi wisata itu mendapat dukungan dari semua pihak. Pemerintah Kabupaten Sumedang, Pemerintah Desa Pakualam, jajaran muspida, jajaran sosial kemasyarakatan, hingga komunitas pendidikan dipastikan mendukung kegiatan unik tersebut.
Aktualisasi budaya Sunda"Pembangunan Kampung Burnong juga menjadi model pembangunan berbasis masyarakat. Inisiatif, penganggaran, pelaksanaan, sampai monitoring dan evaluasinya pun dilakukan oleh masyarakat setempat," ucap Herman.
Hal tersebut, menjadi bagian dari budaya Sunda yang lekat dengan aktualisasi dari nilai rempug jangkung sauyunan, atau kebiasaan bahu membahu yang dilakukan untuk menyukseskan suatu kegiatan. Herman menilai, nilai lokal yang demikian dapat menjadi modal pembangunan yang sarat akan keterlibatan masyarakat.
"Untuk itu, dibutuhkan partisipasi dan pergerakan dari semua komponen masyarakat. Kalau Sumedang ingin maju dan hebat, semuanya harus bergerak dan berperan," ucapnya.***
Comments
Post a Comment