ANTARA/Ari Bowo Sucipto
MESKI angka melek huruf di Indonesia tinggi, minat dan daya baca masyarakat masih rendah.
“Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara berdasarkan studi Most Littered Nation in the World yang dilakukan Central Connecticut State University pada 2016,” ujar Dirjen Pendidikan Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Harris Iskandar pada diskusi yang diadakan dalam rangkaian ASEAN Literary Festival di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan studi tentang minat baca itu, Indonesia hanya setingkat di atas Botswana.
Harris menjelaskan tren penurunan buta aksara di Indonesia dari tahun ke tahun terus membaik. Pada 2014 angka buta aksara di Indonesia sekitar 3,7% atau 5,9 juta penduduk dan di 2016 menjadi 3,56% atau 5,7 juta penduduk. Rendahnya budaya membaca menjadi kendala dalam meningkatkan literasi di Indonesia.
“Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Literasi Nasional dalam rangka meningkatkan budaya baca pada masyarakat. Gerakan ini melibatkan lintas kementerian dan lembaga, para penggiat literasi, dan unsur masyarakat lainnya,” ujar Harris.
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Ilza Mayuni mengatakan kemampuan literasi yang baik sangat diperlukan untuk mendorong masyarakat berpikir lebih kritis.
Menurut Ilza, kendala dalam meningkatkan budaya membaca bukan karena rendahnya daya baca masyarakat, melainkan permasalahan kemampuan dalam memaknai dan menginternalisasi isi teks bacaan.
“Sehingga tidak mengherankan sebagian masyarakat masih sering terjebak berita-berita bohong dan informasi tidak benar. Kita dapat membaca dan menulis. Namun, yang belum tumbuh ialah pemahaman masyarakat akan konteks dari bacaan tersebut,” tuturnya.
Dalam menumbuhkan minat baca masyarakat, menurutnya, harus dimulai dari pembiasaan terlebih dahulu dari lingkungan terkecil, yakni keluarga. (Ind/X-10)
Comments
Post a Comment