ARIZONA - NASA (National Aeronautics and Space Administration) mengamati aspek baru dari pola cuaca pada kurcaci coklat untuk pertama kalinya. Pengamatan tersebut memberi peneliti pengetahuan tentang beberapa misteri yang tersisa seputar benda angkasa.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, Senin (21/8/2017), sebuah model baru dibuat untuk menjelaskan bagaimana awan bergerak dan berubah bentuk pada kurcaci coklat. Kurcaci coklat (Brown dwarfs) merupakan benda redup yang sering disebut sebagai 'bintang yang gagal'.
Dengan menggunakan SpitzerTelescope dari NASA, para peneliti menemukan gelombang raksasa adalah penyebab variasi kecerahan yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan. "Ini adalah pertama kalinya kami melihat pita atmosfer dan gelombang pada kurcaci coklat," ungkap Daniel Apai, seorangprofesor ilmu astronomi dan planet di University of Arizona di Tucson serta penulis utama studi ini.
Kurcaci coklat memiliki awan panas yang berasap yang terbuat dari tetesan besi dan debu silikat. Baru-baru ini disadari bahwa awan raksasa ini dapat bergerak dan menjadi lebih tebal atau tipis secara mengejutkan dan cepat.
Penelitian baru akhirnya memberi alasan mengapa hal tersebut terjadi. Para peneliti akhirnya sampai pada kesimpulan dengan membandingkan gelombang yang ditemukan pada kurcaci coklat dengan yang ditemukan pada benda langit lainnya, khususnya planet.
Mereka menemukan distribusi dan gerakan awan pada kurcaci coklat serupa dengan yang terlihat di Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Kedua kurcaci coklat dan Neptunus memiliki awan yang mengikuti jalur banded.
Pengamatan Neptunus dari pesawat luar angkasa Kepler milik NASA merupakan hal penting dalam perbandingan antara kurcaci coklat dan planet. "Angin atmosfer kurcaci coklat tampaknya seperti pola sabuk dan zona reguler Jupiter yang biasa daripada pendengaran atmosfer yang kacau yang terlihat di Matahari dan banyak bintang lainnya," ungkap Mark Marley di Ames Research Center NASA di Silicon California Valley.
Kurcaci coklat mirip dengan gas planet karena kebanyakan tersebut dari hidrogen dan helium, serta biasanya ditemukan terpisah dari sistem planet. Namun, mereka umumnya memiliki badai atmosfer dan lebih mudah dipelajari daripada exoplanet, karena mereka seringkali tidak memiliki bintang pembawa yang terang.
"Kemungkinan struktur banded dan gelombang atmosfer yang besar yang kami temukan di kurcaci coklat juga akan umum ditemukan di exoplanet raksasa," ungkap Apai. Peneliti memantai perubahan kecerahan pada 6 kurcaci coklat lebih dari 1 tahun. Diperkirakan kurcaci coklat akan memiliki badai elips yang disebabkan oleh zona tekanan tinggi dan menyerupai Titik Merah Besar Jupiter.
Titik Merah Besar Jupiter (Great Red Spot) telah ada di Jupiter selama ratusan tahun dan berubah sangat lambat, sedangkan kurcaci coklat mengalami perubahan yang cepat dalam kecerahan. Untuk memahami tingkat kecerahan yang bervariasi, para ilmuwan percaya bahwa gelombang besar dapat menyebar melalui atmosfer dengan periode berbeda.
Dengan menggunakan superkomputer dan komputer algoritma baru untuk membuat peta tentang bagaimana awan kurcaci coklat tersebut bergerak, Karalidi seorang peneliti dari University of Arizona researcher Theodora menemukan terdapat 2 titik kecerahan ekstrem setiap hari yang terjadi saat gelombang disinkronkan. "Saat puncak 2 gelombang diimbangi, sepanjang hari ada 2 titik kecerahan maksimum," ungkap Karalidi.
Comments
Post a Comment