MI/AYANURISA
SEORANG petugas memanggil buruh angkut barang yang sedang membawa koper besar. Orang itu disuruh membuka koper dan terlihat sejumlah makanan ringan dalam kemasan.
Setelah memperhatikan kemasan dengan saksama, petugas mempersilakan buruh angkut membawa kembali kopernya. Kapolsek Kawasan Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, Kalimantan Utara, AK Ibrahim Eka Berlin, menyatakan narkoba sering dipasok dalam kemasan makanan ringan.
Setiap barang berukuran besar meski sudah melewati alat pemindai x-ray sering juga diperiksa ulang secara manual. “Kami bekerja sama dengan Bea Cukai. Beberapa kali kami sita minuman keras atau gading yang hendak diselundupkan,” katanya, kemarin.
Selain masuk dan keluar dari pelabuhan resmi, barang haram narkoba juga kerap datang melalui pelabuhan tikus. Pelabuhan tikus tidak seperti pelabuhan pada umumnya, tetapi hanya jembatan yang menempel dengan permukiman warga. Di sanalah kapal-kapal bersandar untuk menurunkan atau mengantar warga ke Tawau, Sabah, Malaysia.
Berlin menerangkan pelabuhan yang dekat dengan permukiman warga tidak mudah dipantau meski di permukiman ada pos polisi. Pasalnya, perbatasan antara Indonesia-Malaysia ini tidak memiliki pagar, hanya berupa patok.
“Kami ada patroli rutin dari penjagaan. Ada unit yang kami bentuk untuk upaya pencegahan. Masalahnya pulau ini bukan titik, tapi garis artinya sepanjang garis pantai ini bisa didarati,” jelasnya kepada Yanurisa Ananta dari Media Indonesia yang melakukan perjalanan jurnalistik bersama wartawan Unit Polri ke Nunukan, kemarin.
Pengangguran menjadi tantangan atas merebaknya pasokan narkoba dari Malaysia ke wilayah perbatasan Nunukan. Warga yang kesulitan mencari pekerjaan sering dijadikan mata elang (pemantau) untuk melaporkan kepada bandar narkoba adanya patroli kepolisian.
Kerap kali pelaku bergeser ke titik bersandar lain jika sudah tahu bahwa ada penjagaan di pelabuhan tikus tujuan. Berlin sendiri tidak sepakat bila pelabuhan di sungai belakang rumah warga disebut pelabuhan tikus.
“Mulai Sungai Jepun, Kampung Babi, Jembatan Haji Putri, Jembatan Orde Baru, Jembatan Haji Muchtar, hingga Sungai Bolong. Di situ tempat orang naik turun secara alami. Jadi bukan pelabuhan tikus,” jelasnya.
Wilayah itu termasuk juga dalam pantauan Angkatan Laut (AL). Komandan Pos TNI-AL Sei Pancang, Sebatik, Letda Pelaut Kurniawan Arumbay, menguraikan pihaknya juga aktif menjaga perbatasan Sei Pancang dengan Tawau.
“Boleh diadu. Meski pos penjagaan Malaysia dijaga enam petugas, sementara pos penjagaan Indonesia hanya dijaga dua orang, mentalitas AL lebih baik. Kami tahu setiap kapal yang mencurigakan,” ujarnya. (J-2)
Comments
Post a Comment