Kemacaten Ibu Kota l Survei: 60,5 Persen Generasi Z Keluhkan Kemacetan Jakarta
Foto : istimewa
Pembatasan kendaraan ini telah melewati kajian mendalam oleh Dinas Perhubungan, BPTJ serta pemangku kepentingan lainnya.
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat menegaskan, pembatasan kendaraan di Ibu Kota hanya dilakukan pada jam sibuk saja. Pembatasan kendaraan ini seperti pelarangan sepeda motor dan kebijakan ganjil genap diperlukan untuk mengurai kemacetan agar masyarakat mau berpindah menggunakan angkutan umum.
“Saya minta ke Dinas Perhubungan(Dishub), jangan diberlakukan lama dari jam berapa sampai ke jam berapa. Artinya, saat jam sibuk berlakukan ganjil genap. Tapi kalau bukan jam sibuk, jangan berlakukan. Fungsi kita untuk kotrol dan kendalikan,” ujar Djarot kepada wartawan, di Ancol, Jakarta Utara, Rabu (23/8).
Saat ini, pihaknya sedang menggodok pembuatan peraturan gubernur yang akan menjadi payung hukum pembatasan kendaraan ini.
“Tujuannya untuk dorong mereka naik kendaraan umum. kedua untuk mengurangi kemacetan, ketika pembangunan besar-besaran. Saya bilang kani betul, tolong sosialisasikan dan lakukan secara bertahap, misalnya kendaraan masih bisa masuk di kuningan. Diikuti penambahan layanan bus Transjakarta dan KRL,” ungkapnya.
Menurutnya, pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta semakin hari semakin banyak. Sedikitnya, ada 1200 sepeda motor dan 300 roda empat baru setiap harinya atau 45 kendaraan bermotor baru per bulannya.
“Kalau ini dilepaskan betul betul, susah kita nanti dimana-mana (macet). Selanjutnya adalah lindungi trotoar supaya trotoar tidak digunakan sebagai jalan bagi mereka. Nanti diokupasi oleh mereka. karena yang pertama kita selamatkan adalah pejalan kaki,” jelasnya.
Dia menginginkan agar masyarakat kembali giat bergerak dengan berjalan kaki. Trotoar lebar ini akan dipasangi kamera pengawas (closed circuit television/cctv) dan lampu penerangan jalan umum (PJU) sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki.
Sementara itu, survey survei dari Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKopi) menyatakan hasil sebanyak 60,5 persen Generasi Z mengatakan macet adalah hal yang paling tidak mereka sukai dari Jakarta.
Lembaga Survei
Survei KedaiKOPI terhadap generasi Z dilakukan pada 7-8 Agustus 2017 lalu di 12 sekolah dan tiga universitas di Jakarta. Generasi Z yang dijaring dalam survei ini berusia 14 sampai 22 tahun.
Selain macet, generasi Z Jakarta menilai Jakarta belumlah sepenuhnya rapi dan bersih. “Sebesar 16,5 persen responden menyebut masih banyaknya daerah kumuh dan sampah berserakan, sebagai hal kedua yang tidak mereka suka dari Jakarta. Hal lain yang tidak mereka sukai dari Jakarta adalah kriminalitas, banjir, kualitas SDM masih rendah serta masyarakat masih dianggap kurang bersahabat,” jelas pendiri lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio.
Sementara itu, Deputi Direktur KedaiKOPI, Vivi Zabkie menambahkan, generasi Z juga menyampaikan beberapa poin positif. “Jakarta tetaplah kota menarik. Destinasi wisata yang beragam membuat generasi Z merasa nyaman tinggal dan beraktivitas di Jakarta hasil sebanyak 27,5 persen,” katanya.
Selain itu, ada hasil yang menunjukkan pula angka seimbang dengan ramainya suasana kuliner dan budaya yang beragam dan hasilnya 27,5 persen. “Kemajuan di bidang transportasi juga menjadi daya tarik Jakarta, yang menunjukkan angka 16,5 persen responden menyebut ini yang membuat mereka menyukai ibu kota,” jelas Vivi.
Hasil lainnya, generasi Z juga beranggapan infrastruktur Jakarta tumbuh pesat, bahkan dibanding negara lain (13,0 persen) serta Jakarta sebagai pusat aktivitas negara dan ekonomi (11,5 persen) sebagai hal menarik lain dari Jakarta.
Generasi Z adalah kelompok usia yang lahir dari 1995-2010. Mereka akan menjadi kelompok usia produktif di Indonesia pada tahun 2025-2035, saat Indonesia diprediksi bakal menikmati demographic bonus. pin/Ant/P-5
Comments
Post a Comment