KBRN, Batam : Sejak pukul 06.00 WIB, Shofar Fitrotul telah berdiri di gerbang sekolah. Ia mengenakan seragam yang rapi. Kemeja biru dengan lis putih, celana kain dan sepatu pantofel yang mengkilap. Uniknya, ia mengenakan tanjak, penutup kepala khas provinsi Kepulauan Riau. Penampilan yang sempurna itu ia persiapkan khusus untuk menyambut murid yang datang memulai tahun ajaran baru 2017/2018. Shofar adalah kepala sekolah di SD Juara Batam.
"Ayo salam dulu sama orang tuanya," ujarnya mengingatkan anak muridnya yang baru saja turun dari kendaraaan.
Kedekatan antara Shofar dengan orang tua murid terlihat begitu akrab. Saling sapa dan interaksi diantara mereka terasa hangat penuh rasa kekeluargaan.
"Maaf pak kemarin lebaran tidak bisa ke rumah, saya tidak tahu rumah bapak dimana," ujar salah satu wali murid sembari menyalaminya.
Shofar tersenyum dan menanggapinya dengan ramah. Tidak banyak orang tua murid yang tahu rumahnya, namun Shofar tahu benar lokasi setiap rumah anak muridnya. Bahkan ia mengetahui latar belakang dan pekerjaan setiap wali murid di sekolahnya.
SD Juara Batam tahun ini baru memiliki 50 siswa, yang terdiri dari 25 siswa kelas 1 dan 25 siswa kelas 2. Anak-anak di SD Juara Batam menempuh pendidikan secara gratis, baik SPP, buku dan seragam. Hal ini dikarenakan adanya donatur yang membiayai operasional SD Juara Batam melalui Rumah Zakat. Oleh karena itu setiap siswa yang diterima di SD Juara Batam adalah anak-anak kurang mampu. Shofar adalah orang yang terlibat langsung blusukan mencari anak-anak yang kurang beruntung tersebut.
Ros (39), salah seorang wali murid yang anaknya saat ini telah kelas 2 punya kesan tersendiri terhadap Shofar. Ia mengisahkan awalnya merasa risih setiap kali Shofar datang ke rumahnya untuk mengajak anaknya masuk ke SD Juara.
"Dulu bapak Shofar ini datang bolak-balik, terus terang dulu saya kesal kalau Bapak ini datang, karena awalnya anak saya tidak mau saya SD kan dulu, dia memang sudah lebih 6 tahun tapi belum bisa baca tulis," kenangnya, Selasa (18/7/2017).
Sebagai orang tua tunggal, Ros mengaku kebingungan memikirkan tawaran dari Shofar. Sebab, Ros juga mendapat tawaran dari perangkat RT untuk memasukkan anaknya ke SD negeri. Setelah menimbang masukan dari orang-orang sekitarnya, akhirnya Ros memilih menyekolahkan anaknya ke SD Juara.
"Syukur alhamdulillah selama sekolah disana perhatian gurunya sangat besar, saya bersyukur sekali, karena anak saya ini kan banyak kurangnya. Sekarang sudah mulai bisa membaca dan menulis. Hapalan surat-surat pendeknya juga mulai banyak," ungkapnya.
Shofar menuturkan keberhasilan SD juara mendidik anak-anak muridnya tidak lepas dari kolaborasi orang tua saat mendidik di rumah. SD Juara juga membuka diri untuk anak-anak yang belum bisa membaca dan berhitung, selama anak tersebut sudah cukup umur untuk sekolah.
"Hakikatnya mengajar adalah agar yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Sistem belajar di SD Juara hampir sama dengan sekolah pada umumnya. Hanya saja ada pembiasaan seperti program penyambutan siswa, meletakkan sepatu pada tempatnya, budaya antri ketika cuci tangan sebelum makan. Kita membiasakan tindakan-tindakan yang simpel ini sehingga jadi keseharian anak-anak," ujar Shofar.
Parenting School di Akhir Pekan
Sejak pertama kali didirikan pada tahun 2016 lalu, SD Juara telah menerapkan sistem 5 hari belajar. Sehingga pada hari Sabtu dan Minggu anak-anak bebas dari program belajar mengajar. Justru hari Sabtu menjadi hari belajar bagi para wali murid.
"Ketika seleksi para murid yang akan masuk SD Juara, kami mewawancarai sejauh mana antusias orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sini. kami juga menanyakan sejauh mana kebersediaan orang tua untuk terlibat dalam program yang digulirkan, jangan sampai anaknya kita genjot potensinya, orang tua di rumah malah tidak mendukung," jelas Shofar.
Shofar menuturkan parenting school digelar hanya sekitar 3 jam setiap pertemuan, mulai dari pukul 09.00 - 12.00 WIB. Program ini bertujuan untuk menyamakan frekuensi antara pihak sekolah dengan orang tua. Shofar meyakini pendidikan akan berhasil ketika adanya keterlibatan dari sekolah, orang tua dan lingkungan.
"Salah satu keunikan di SD juara, Orang tua bisa dapat SP (Surat Peringatan). bukan gara-gara ulah anaknya, tapi karena ulah orang tuanya. Itu surat cintanya kami ke wali murid ketika mereka tidak datang ke parenting school. Kalau sudah 3 kali dapat surat cinta, akan kita panggil untuk ditanyakan keseriusannya menyekolahkan anaknya disini. Karena dari awal sudah tanda tangan kontrak komitmen orang tua," ujarnya.
Selama parenting school, wali murid tidak hanya membangun komunikasi dengan guru seputar perkembangan anak muridnya, namun juga mendapatkan ilmu-ilmu baru seputar pola mendidik anak dan membangun usaha. Dalam beberapa kesempatan, SD Juara menghadirkan psikolog dan entrepreneur untuk memotivasi para orang tua murid.
"Kami ingin membangun pendekatan kekeluargaan dengan wali murid, komunikasi tanpa batas antara sekolah dan orang tua. Anak-anak yang kami didik disini adalah anak-anak yang memiliki kekurangan ekonomi ataupun keutuhan keluarga. Sehingga psikologi anak pasti berdampak. Kita butuh bantuan dari wali murid agar pendidikannya bisa sukses," kata dia.
Selain memanfaatkan parenting school untuk menjalin komunikasi dengan wali murid, SD Juara juga memiliki buku penghubung yang harus diisi orang tua sebagai laporan kegiatan murid di rumah, terutama dalam melaksanakan shalat 5 waktu.
Shofar juga menerangkan salah satu kebiasaan diujung Parenting School adalah memberikan penghargaan kepada Orang Tua yang telah mendukung program-program sekolah, memotivasi anaknya dan dinilai berkontribusi membangkitkan semangat murid SD Juara Batam.
Market Day, Latih Mental Wirausaha Anak
SD Juara memiliki tiga pilar pendukung proses belajar mengajar, yaitu pendidikan karakter, Multiple Intelligences dan TTQ (Tahsin dan Tahfidz Quran). Anak-anak di SD Juara diharapkan tidak hanya memiliki nilai akamedik yang baik, melainkan juga karakter yang dapat menjadi panutan. Selain itu anak-anak didampingi untuk menggali potensinya dan menyalurkannya secara tepat, salah satunya potensi yang ditumbuhkan adalah berwirausaha.
"Setiap Jumat kami punya program market day, setiap pekan ada kelompok yang sudah dibentuk untuk berjualan. Anak-anak SD juara hanya diperbolehkan bawa uang jajan pada hari Jumat ini saja," jelasnya.
Menurut Shofar kegiatan market day sangat sarat dengan pembelajaran bagi anak didik. Lewat kegitan ini para murid belajar berhitung, belajar bersosialisasi dan melatih kepercayaan diri. Peran serta orang tua pun dilibatkan untuk membantu anak-anaknya yang mendapat tugas sebagai penjual makanan.
"Orang tua membantu anaknya membuat jajajan. Kami mengarahkan agar orang tua membantu anak membuat makanan yang tidak mengandung MSG atau pengawet. jadi dalam setiap program kita upayakan selalu ada interaksi antara anak dan orang tua saat di rumah," tutur dia.
Untuk mengasah kepercayaan diri anak muridnya berjualan, Shofar juga menjalin kerjasama dengan sejumlah komunitas wirausaha yang ada di Batam. Hasilnya, beberapa kali anak-anak SD Juara turut serta langsung saat ada bazar-bazar wirausaha. Bahkan pada tahun 2016 lalu, anak-anak SD Juara dinobatkan sebagai peserta termuda dalam pesta wirausaha di dataran Engku Putri, Batam Centre.
"Semoga SD Juara Batam, terus memotivasi tidak hanya kepada siswa-siswi, tapi juga kepada Orang tua yang membesarkan mereka, untuk bersama-sama melahirkan generasi sang juara," harap Shofar. (NM/HF)
Comments
Post a Comment