PALABUHANRATU,(PR).- Eksplorasi Geopark Ciletuh tidak hanya dilakukan di satu titik destinasi saja. Kawasan yang tengah diajukan menjadi Unesco Global Geopark tersebut kaya akan tempat-tempat mempesona yang dapat dikunjungi.
Salah satunya adalah Bukit Panenjoan. Bukit ini terletak di desa Mekarsakti, Ciemas, Kabupaten Sukabumi dan dapat ditempuh sekitar tiga jam dari kawasan Palabuhanratu.
Bukit ini menjadi salah satu titik terbaik untuk melihat Amfiteather Ciletuh. Pemandangan yang disuguhkan adalah bentang alam morfologi berbentuk tapal kuda yang menyerupai mega amfiteather terbuka menuju teluk Ciletuh.
Lanskap dengan dimensi sekitar 15 x 9 kilometer tersebut terbentuk karena proses geologi pada zaman Plistosen. Proses tersebut menyebabkan bagian barat datar tinggi Jampang mengalami longsor ke laut.
Bukti dari proses struktur tersebut ialah terdapat lebih dari 9 air terjun di sepanjang dinding amfiteather seperti Curug Awang, Cimarinjung, Sodong, hingga Puncakmanik. Selain itu juga terdapat bukit-bukit dengan permukaan segitiga di beberapa tebing amfiteather.
Bukit Panenjoan rupanya merupakan lahan milik warga, bernama Ade Setiawan (57). Warga Jampang, Ciemas tersebut mengaku awalnya tidak pernah menyadari bahwa kekayaan alam yang terlihat dari titik bukit miliknya merupakan potensi wisata yang luar biasa.
"Sudah dari 2007 punya lahannya. Tapi dulu hanya dibiarkan, ditanami pohon. Tahun 2015 baru mulai dibangun homestay 10 kamar. Tapi dulu belum tahu kalau kawasan ini akan menjadi kawasan Geopark," ujarnya ketika ditemui Pikiran Rakyat, Jumat, 1 September 2017 petang.
Ade menuturkan, sebelum mulai mengelola homestay dan mengembangkan bukit Panenjoan, dirinya hanya mengandalkan perekonomian dari bertani. Kini meskipun belum meninggalkan kegiatan bertani, dia mengaku mulai fokus untuk ikut mengembangkan wisata Geopark Ciletuh dengan membenahi bukit Panenjoan.
Terdapat sejumlah titik pandang yang dapat digunakan wisatawan untuk mengambil gambar mempesona Geopark Ciletuh. Pemandangan terbaik di kawasan ini adalah saat sore hari hingga matahari terbenam.
Selain berfoto, wisatawan juga dapat menikmati kopi panas sembari duduk menikmati pemandangan yang luar biasa. Meskipun begitu, Ade mengakui wisatawan yang berkunjung masih didominasi wisatawan lokal.
"Warga sekitar sudah mulai tertarik untuk eksplorasi kawasan Ciletuh. Tapi memang kalau wisatawan asing masih jarang. Kami warga berharap dengan Geopark Ciletuh ini, pemerintah bisa membantu memperbaiki akses supaya wisata di kawasan ini tambah nyaman," tuturnya.
Homestay warga andalan Ciletuh
Masih minimnya wisatawan asing diakui oleh Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Risda Rosipah. Dia menjelaskan, kawasan wisata di Kabupaten Sukabumi yang paling diminati wisatawan asing baru hanya Pantai Cimaja, yang merupakan kawasan terbaik untuk melakukan surfing. "Selain Cimaja, mereka juga lebih banyak ke Ujung Genteng," tutur Risda.
Meski begitu, Risda yang telah berkecimpung sebagai tour guide di kawasan wisata Kabupaten Sukabumi sejak 2011 itu mengatakan telah terjadi peningkatan wisatawan yang signifikan. Terutama setelah Geopark Ciletuh dicanangkan pemerintah.
Dia menuturkan, salah satu yang mendorong perekonomian warga dengan adanya Geopark Ciletuh adalah pemberdayaan homestay milik warga setempat. "Kalau hotel hanya bisa ditemui di Palabuhanratu dan Ujung Genteng. Kalau di kawasan Geopark Ciletuh ini, hanya ada homestay-homestay warga yang bisa digunakan menginap oleh wisatawan. Ini sangat membantu ekonomi mereka. Lebaran kemarin saja, semua homestay itu fullbooked. memang paling terasa oleh masyarakat setelah adanya Geopark Ciletuh ini," tuturnya.
Hal ini juga dinilai positif, karena selain memberdayakan homestay milik warga, tidak adanya modernitas pembangunan hotel juga karena mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi.
Risda mengatakan, penataan kawasan Geopark Ciletuh terus dilakukan. Selain masalah akses yang terus dibenahi oleh pemerintah, dia mengungkapkan, pihaknya juga turut membenahi masalah sumber daya manusia terutama warga sekitar untuk menumbuhkan perekonomian mereka dari wisata.
Sejauh ini, menurut dia, telah ada sekitar 30 tour guide yang tersertifikasi tersebar untuk 33 titik wisata Geopark Ciletuh.
Breathaking
Sementara itu Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengaku terpesona dengan keindahan alam yang bisa dinikmati dari Bukit Panenjoan. "Pemandangannya breathaking, membuat tidak bisa berkata-kata," ujarnya saat tengah berwisata ke Bukit Panenjoan, Geopark Ciletuh, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jumat, 1 September 2017 sore.
Dia menuturkan, pemandangan Amfiteather Ciletuh seperti Ngarai Sihanok di Bukittinggi. Sementara ketika areal persawahan yang ada di tengah-tengah cekungan sedang menguning, pemandangannya seperti tengah berada di Swiss. "Meskipun saya belum pernah ke Swiss," ujarnya berkelakar.
Dia berharap Geopark Ciletuh dapat menjadi wisata unggulan di Jawa Barat yang dapat mendongkrak jumlah wisatawan yang datang ke Jawa Barat. Untuk mewujudkan hal tersebut, menurut dia, dibutuhkan penataan yang lebih komprehensif agar wisatawan tidak hanya berkunjung. Namun, juga menginap dan menghabiskan waktu lebih banyak untuk eksplorasi Geopark Ciletuh.
"Karena kunci pariwisata itu adalah lama visiting time. Kalau wisatawan hanya selfie tapi tidak menginap, maka warga hanya mendapatkan nilai ekonomi yang sedikit," ujarnya.
Dia mengatakan, kegiatan-kegiatan pendukung di sekitar kawasan Geopark perlu diperbanyak. Misalnya wisata watersport untuk kawasan pantai, penginapan berbasis rumah penduduk, hingga atraksi wisata ke desa budaya. "Wisatawan bisa atraksi dengan hewan-hewan ternak, ke sawah, dan atraksi yang menghibur lainnya terutama atraksi budaya. Saking banyak atraksi yang ditawarkan, semakin lama visiting time wisatawan yang berkunjung. Karena pada dasarnya orang yang berwisata itu mencari hiburan, ingin terhibur," tuturnya. ***
Comments
Post a Comment