Padang, (Antaranews Sumbar) - Malam penutupan Festival Nasional Wisran Hadi (FNWH), yang digelar oleh Teater Langkah Universitas Andalas dengan pementasan yang membuat penonton terpukau dengan persembahan apik dengan lakon "Mandi Angin" naskah karya Wisran Hadi.
Karya ini dibawakan oleh Teater Langkah Universitas Andalas (Unand), dengan disutradarai oleh Dr. Syafril atau yang umum dikenal dengan nama Prel T.
Pementasan “Mandi Angin” digelar di lapangan parkiran Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unand, Minggu malam.
Persembahan ini dimulai pukul 20.30 WIB, sesaat setelah penyampaian orasi budaya oleh Puti Reno Raudah Thaib, istri almarhum Wisran Hadi.
Teater Langkah membawakan lakon “Mandi Angin” dengan tampilan panggung yang megah, khas model panggung Wisran Hadi. Terutama dengan permainan properti buaian kaliang di tengah-tengah panggung.
Selain itu, juga dipasangkan obor-obor di selingkar luar panggung, yang menambah muatan estetis penggung sekaligus yang menandakan kalau “Mandi Angin” memakai panggung bergaya arena.
Sekitar 70 menit, para aktor bermain, saling bersambut dialog di dalam arena. Buaian kaliang tak henti-hentinya berputar menjalankan cerita, berputar turun-naik sebagai kapal yang melayarkan para putra mahkota keturunan Iskandar Zulkarnain.
Mereka berlayar dari satu negeri ke negeri lain, bertemu para manusia dengan tabiat yang beragam. Dari satu persinggahan ke lain persinggahan, para putra mahkota menemukan berbagai persoalan, mulai dari bertemu pribumi yang penjudi atau pemalas, sampai persoalan jatuhnya mahkota raja ke laut.
Lakon “Mandi Angin” berhasil mencuri hati ratusan penonton dari berbagai kalangan yang hadir malam itu. Lelucon-lelucon atau permainan kata-kata yang ditampilkan para aktor menjadikan suasana di sekitaran panggung menjadi riuh penuh tepuk tangan.
Sontak, banyak pujian dan apresiasi yang dilayangkan kepada Teater Langkah atas persembahan malam itu.
Salah seorang penonton, Tigor (delegasi teater mahasiswa Universitas Negeri Riau), mengatakan bahwa pementasan “Mandi Angin” sangat memukau dirinya.
Tigor dan teman-temannya merasa mendapatkan pertunjukan yang sangat spektakuler.
“Saya tertarik dengan artistik yang begini. Nah, artistiknya seperti inilah yang saya dan kawan-kawan tunggu. Sangat mengagumkan sekali!” ungkap Tigor ketika ditemui seusai pementasan.
Hal senada juga disampaikan Tio Bukit (asal Medan) yang mengatakan bahwa pementasan “Mandi Angin” adalah pementasan yang sangat kreatif.
"Persembahan tadi benar-benar kreatif, memukau. Ini pertama kali saya bisa melihat teater seperti ini. Secara konsep dan estetika panggung, itu menarik sekali, cukup memberi inspirasi,” ungkapnya.
Di sisi yang lain, Prel T selaku sutradara menjelaskan bahwa “Mandi Angin” yang baru saja dipentaskan merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap Wisran Hadi.
Prel T mengakui bahwa ia tidak memberi konsep baru, melainkan membawa konsep asli lakon tersebut, sebagaimana konsep Wisran Hadi.
“Pada ‘Mandi Angin’ ini, memang, full kita angkat konsep yang dimiliki Wisran Hadi sendiri. Bisa dikatakan sebagai sebuah pertunjukan teater eksperimental, lah, dari Wisran Hadi sendiri, yang berangkat dari kekayaan budaya Minangkabau, berangkat dari permainan buaian kaliang yang dimiliki masyarakat Minangkabau,” papar Prel T.
Lebih lanjut, Prel T menjelaskan bahwa “Mandi Angin” termasuk lakon yang ia bahas dalam disertasinya, sebagai salah-satu bentuk teater post-modern Indonesia.
Prel T juga berharap, dengan adanya gelaran FNWH para generasi muda mampu mengapresiasi sekaligus belajar dari apa-apa yang telah diwariskan Wisran Hadi.
“Gunanya, untuk jadi pembelajaran, belajar dari Wisran Hadi, kemudian menciptakan sesuatu yang baru. Kalau perlu melampauinya,” pungkas Prel T.
Pementasan “Mandi Angin” merupakan pementasan terakhir dalam agenda FNWH 2018 kali ini. Agenda yang telah berlangsung seminggu penuh ini telah menyajikan total 8 pementasan yang berangkat dari naskah Wisran Hadi.
Karya-karya tersebut ditampilkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) teater dari berbagai universitas di Indonesia, yaitu Teater Langkah (Unand), HMJ Teater ISI (Padangpanjang), Teater Batra (UNRI), Teater Tirai (STIE Medan), Teater UI, dan Teater Nol (Universitas Syah Kuala Aceh).***
Comments
Post a Comment