TABLOIDBINTANG.COM - Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar masyarakatnya berprofesi di bidang pertanian.
Sayang hasil pertanian belum diolah maksimal oleh para petani. Salah satu penyebabnya, petani kebingungan untuk memperluas pasar.
Melalui Timurasa, Shinta Primadewi (38) mencoba memecahkan masalah tersebut. Harapannya dengan memperluas pasar produk pertanian lokal, kesejahteraan petani meningkat.
Di era penjajahan, saudagar-saudagar Eropa yang berburu rempah menemukan kenari di Pulau Makian yang terletak di Maluku Utara. Oleh mereka, kacang kenari dijadikan camilan mewah para bangsawan Eropa.
“Alhasil, masyarakat Makian menjaga baik pohon kenari yang berusia ratusan tahun. Sayangnya pamor kacang kenari meredup. Tak hanya di luar negeri bahkan di pasar lokal, masyarakat lebih gemar mengonsumsi kacang-kacang impor seperti almon, walnut, macademia, dan sebagainya,” cerita Shinta.
Tercetus ide kemudian dari Shinta untuk menaikkan pamor kacang kenari kembali di pasar lokal maupun internasional. Caranya, dengan mengolah kacang kenari sebagai camilan serta mengemasnya dengan konsep kekinian sehingga menarik minat pasar.
Shinta Primadewi, Menaikkan Pamor Kacang Kenari di Pasar Lokal dan Internasional (Ages / tabloidbintang.com)
“Sebelum meluncurkan Timurasa, kami melakukan riset pasar dan produk selama kurang lebih satu tahun. Pada saat itu kami mencari komunitas petani yang kemudian akan kami ajak bekerja sama, pengolahan produknya bagaimana, sistem pemasarannya mau seperti apa sampai mencari desain kemasan menarik sehingga sesuai dengan perilaku konsumen saat ini,” ujar Shinta.
Juni 2017, Timurasa berdiri. Pemilihan nama jelas Shinta untuk mewakili produk unggulan Timurasa yang berasal dari Indonesia bagian timur.
Selain kenari, produk pertanian lokal lainnya seperti daun kelor, cokelat, andaliman, gula aren, kelapa hingga biji vanila juga ada di Timurasa.
(ages / gur)
Comments
Post a Comment