Allahu Akbar, Setelah Usai Istigosah, Jenazah Jannatun Cintya Dewi Korban Lion Air JT-610 Bisa Diidentifikasi
HARIANRIAU.CO - Jenazah Jannatun Cintya Dewi, korban pertama dari total 189 korban Lion Air JT-610 yang bisa diidentifikasi meninggalkan cerita tersendiri. Identitasnya dikenali dari sidik jari telunjuk tangan kanannya yang masih cukup baik dibanding yang lainnya.
Hal itu juga didukung oleh sejumlah data sekunder lainnya. Seperti keterangan keluarga, ciri fisik dan lainnya.
Diantaranya kebiasaannya mengenakan cincin emas di jari tengahnya.
Ia adalah alumni Jurusan TekniK Kimia Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) yang menamatkan pendidikannya pada 2015 lalu.
Nah, sebelum Jannatun bisa diidentifikasi, keluargaya di Sukodono, Sidoarjo sengaja menggelar Istigosah di kediaman Jannatun sejak Selasa (30/10/2018).
Jenazah Jannatun Cintya Dewi tiba di kediamannya di Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur. Foto JPG
Istigosah tersebut dilakukan untuk mendoakan Jannatun agar cepat ditemukan.
Alhasil, Rabu (31/10) malam pukul 22.00 WIB, jenazah pegawai Kementerian ESDM itu akhirnya bisa diidentifikasi.
Keberhasilan identifikasi itu terjadi hanya 15 menit sebelum diumumkan.
Berdasarkan pantaun semalam, usai diserahkan, pihak keluarga pun langsung menyiapkan keperluan pemakaman Jannatun.
Jenazah perempuan 24 tahun tersebut rencananya dimakamkan di kampung halaman di Dusun Prumpon, Desa Suruh, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur.
Usia dipastikan identitasnya, jenazah perempuan asal Sidoarjo, Jawa Timur itu pun langsung diserahkan kepada pihak keluarga.
Penyerahan jenazah tersebut dilakukan langsung oleh Direktur Operasional Lion Air Group, Wahyu, kepada ayah Jannatun, Bambang di depan Instalasi Forensik RS Polri, Rabu (31/10/2018) malam.
Dengan disaksikan langsung oleh Kepala RS Polri Kombes Musyafak.
Suasana penyerahan jenazah alumni Institus Teknologi 10 November Surabaya (ITS) itu pun berlangsung dalam suasana yang sangat haru.
“Pada kesempatan ini, saya atas nama Lion Air Group kami ucapkan duka cita sedalam-dalamnya,” ucap Wahyu saat penyerahan jenazah.
Wahyu juga menegaskan komitmen pihaknya yang akan membantu seluruh proses kepulangan Jannatun ke Sidoarjo.
“Oleh karena itu, dengan ini kami izin menyerahkan surat menyurat menyangkut wafatnya almarhumah,” lanjutnya.
Air mata Bambang yang menerima jenazah putrinya itupun keluar deras seperti tak tertahan.
Tak satupun kata-kata yang diucapkan Bambang. Suaranya seakan habis untuk melontarkan satu kata pun.
Hanya air mata yang terus mengalir deras.
Di tempat yang sama, Musyafak menyatakan bahwa jenazah Jannatun akan dikirim ke Bandara Soekaro Hatta malam ini dan diterbangkan ke Sidoarjo Kamis (1/11/2018) besok.
“Demikian penyerahan ini dan rencananya nanti atau besok pagi jam 5 akan diterbangkan ke Sidoarjo. Jam 2 diantar ke bandara,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Indonesia Automatic Finger Print Identification System (INAFIS) Bareskrim Polri, Brigjen Hudi Suryanto mengumumkan identitas Janatun.
“Body part (bagian tubuh) ditemukan tangan kanan dengan lima jari lengkap, kemudian menyambung bagian tubuh dada atas sampai perut menjadi satu bagian tidak terpisahkan,” katanya.
Dengan kondisi yang masih cukup lengkap itu, lanjutnya, memudahkan pihaknya untuk mengenali jenazah tersebut.
Yakni dengan mengidentifikasi sidik jari tangan kanan korban dan mencocokkan data yang didapat tim DVI. Hasilnya, jenazah tersebut adalah milik seorang perempuan.
“Nama lengkapnya Janatun Cintya Dewi,” bebernya.
Janatun Cintya Dewi yang dipastikan berjenis kelamin perempuan itu, lanjutnya, lahir di Sidoarjo 12 September 1994.
“Agama Islam. Alamat Dusun Prumpon RT 01/01 Sukodono, Jawa Timur, pelajar dan status belum nikah,” ungkapnya.
Hudi menjelaskan, dari lima jarinya, kondisi jari telunjuk korban terbilang masih sangat baik.
“Dari lima ini, ada satu jari telunjuk yang sangat baik bentuknya,” ujarnya.
Usai mendapatkan sidik jari tersebut, pihaknya langsung membandingkan dengan data tunggal di KTP dan ijazah korban.
Data tersebut dibawa keluarga korban sehingga dapat dipastikan jenazah tersebut adalah Janatun.
Selain data primer, pihaknya juga menemukan data sekunder dari pemeriksaan postmortem. Yakni, Janatun mengenakan cincin emas di jari tengahnya.
Keterangan antemortem dari pihak keluarga pun mengakui bahwa Janatun terbiasa memakai cincin emas di jari tengah tangan kanannya.
“Kami meyakini ini karena tidak satupun dari sepuluh juta bahkan seratus juta orang uang sidik jarinya sama,” pungkas Hudi.
Sumber: pojoksatu
Comments
Post a Comment