Logo Huawei di sebuah gedung di Vilnius, Lithuania. [Shutterstock]
Suara.com - Amerika Serikat (AS) sebelumnya secara gencar meminta para sekutunya untuk melarang menggunakan perangkat 5G milik Huawei dan menjatuhkan tuduhan bahwa perangkat milik perusahaan asal China itu bermasalah dengan keamanan siber.
Inggris sendiri sebagai negara satu-satunya di Eropa yang menjadi anggota aliansi intelijen Five Eyes, yang merupakan gabungan intelijen Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, dan Selandia Baru, pada pertengahan Februari lalu masih mengatakan bahwa perangkat 5G Huawei masih dapat ditinjau.
Namun, tampaknya kini kepercayaan Inggris terhadap Huawei mulai goyah. Hal itu terlihat dari laporan National Cyber Security Center atau Badan Intelijen Inggris yang mengatakan bahwa Inggris mulai mencurigai perangkat 5G milik Huawei.
Dilansir dari GSM Arena, Badan Intelijen Inggris menyebutkan bahwa Huawei masih tidak bisa memperbaiki masalah dan kerentanan pada teknologi jaringan 5G mereka. Hal ini membuat Badan Intelijen Inggris tidak yakin atas risiko dari perangkat tersebut dapat dikelola dengan baik dan benar.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa Huawei tidak memiliki integrasi end-to-end produk dan menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan peralatan yang menghubungkan jaringan radio ke smartphone pelanggan.
Sementara itu, menanggapi laporan tersebut, David Wang selaku Kepala R&D Huawei mengatakan bahwa setiap peralatan pasti memiliki kerentanan. Namun, meskipun Inggris mulai mencurigai perangkat 5G Huawei, hingga kini belum ada konfirmasi resmi apakah Inggris memutuskan untuk ikut melarang penggunakan perangkat tersebut atau tidak.
Comments
Post a Comment