Tribun Batam/Argianto
Ilustrasi Pengiriman Kontainer Barang dari Batam ke Singapura Tinggi
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Kepala BP Batam, Edy Putra Irawady akhirnya blak-blakan terkait penyebab mahalnya biaya logistik Batam yang selama ini dikeluhkan para pengusaha hingga membuat wakil presiden Jusuf Kalla menjatuhkan deadline.
Edy mengatakan, mahalnya biaya logistik sebenarnya bukan karena tingginya biaya angkutan laut (sea freight).
"Mahalnya logistic cost ini karena semua barang yang dikirim ke Singapura door to door. Biaya sea freight-nya sebenarnya tak tinggi, tapi handling ke terminal, biaya penumpukan, biaya standarisasinya lebih tinggi dari biaya sea freight," kata Edy.
Ia memberi contoh. Untuk orang yang akan mengangkut barang dari Batam, barang-barang yang dikirim itu harus menginap di pelabuhan paling tidak 2 hari.
"Kita tak punya kontainernya. Jadi jadwalnya masuk ke Batam, kemudian dikirim lagi untuk certified. Baru dikirim ke Batam, diisi barangnya di Batam, baru keluar. Jadi tiga kali bolak-balik. Ini yang bikin mahal," ujarnya.
Karena itu, permintaan Wapres dalam rapat koordinasi tersebut, yakni meminta biaya logistiknya diturunkan.
Dari biaya sekarang, sekitar 714 US Dolar untuk kontainer 40 feet, turun sebesar 250 US dolar. Begitu juga untuk tarif 20 feet, dari sekitar 534 US dolar, diefisiensi sebesar 169 US dolar menjadi 365 US dolar.
"April ini kita harus kejar penurunan biaya logistik," kata Edy.
Upaya untuk mengejar target penurunan tarif logistik ini, sekarang BP Batam sedang mempercepat proses bongkar muat di pelabuhan Batuampar, dengan cara mencari Harbour Mobile Crane (HMC) dan alat pendukung lainnya.
BP Batam menggandeng Pelindo I untuk pengadaan alatnya.
Edy berharap dalam waktu dekat, alat ini sudah bisa dioperasionalkan di pelabuhan Batuampar.
"Kalau sekarang kan 1 jam bisanya 5 box. Dengan HMC ini, 1 jam bisa sampai 45 box, sehingga untuk pengantaran barang, kapal tak usah nginap lagi, pengangkutan lebih cepat, tarifnya bisa lebih murah. Selain itu, juga ada modernisasi alat di pelabuhan Batuampar," ujarnya.
BP Batam juga fokus pada pengembangan pelabuhan Batuampar. Tidak lain tujuannya, supaya pengantaran logistik bisa lebih efisien.
"Paling tidak kita kejar logistic costnya. Pengembangan ini supaya ada pilihan bagi eksportir untuk kirim barangnya, supaya bisa turunkan handling cost," kata Edy.
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo I, Bambang Eka Cahyana mengatakan, dalam jangka pendek pihaknya akan mendatangkan 3 unit HMC dan beberapa peralatan pendukung lainnya ke pelabuhan Batuampar, Batam.
"Diharapkan semua ini, dalam satu bulan ada perubahan kegiatan di kepelabuhanan. Demikian juga produktivitas meningkat. Kalau sekarang 1 jam bisa 8 kontainer, nanti 1 jam targetnya 30 kontainer," kata Bambang.
Sementara untuk jangka menengah, ia mengatakan perlu waktu 1 tahun untuk mendatangkan container crane ke Batam.
"Supaya kapal 2500 TEUs bisa masuk ke Batam. Kita tak bicara pelabuhan Batuampar jadi yang terbaik, tapi sejauh mana biaya logistik bisa diturunkan. Pelabuhan Batam bisa modern," ujarnya.
Deadline hingga Akhir April
Sebelumnya, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memberi tenggat waktu satu bulan hingga akhir April, biaya logistik Batam harus bisa diturunkan.
Hal ini disampaikan JK saat melakukan rapat koordinasi di ruang Marketing Center Badan Pengusahaan (BP) Batam.
Saat itu, sejumlah pihak terkait ikut diundang dalam pertemuan tertutup tersebut.
"Kita baru selesai rapat bersama pak Menko, gubernur, wali kota, kepala BP. Pertama, untuk meyakinkan bahwa efisiensi di pelabuhan Batuampar bisa segera jalan. Biayanya tak lebih mahal dibanding daerah lain," kata JK kepada wartawan, Selasa (2/4/2019) siang.
Seperti diketahui, tarif logistik Batam ke Singapura memang kerap dikeluhkan pelaku usaha.
Meski jaraknya terbilang dekat, justru tarif logistik dari Jakarta-Singapura lebih murah dibanding Batam-Singapura.
Terhadap mahalnya biaya logistik Batam-Singapura ini, JK menyebut beberapa faktor penyebabnya.
"Banyak biaya-biaya yang tak perlu. Tentunya karena pelabuhan kita boleh dibilang masih situasi 30-40 tahun lalu. Cranenya masih crane biasa bukan gantry crane. Masih ada gudang-gudang yang tak dipergunakan lagi," ujarnya.
Selain itu, untuk biaya kontainernya juga masih diperiksa di Singapura.
"Saya minta diperiksa di Batam saja, sehingga semuanya menghemat. Setidaknya (tarif logistik dari Batam) tak lebih mahal daripada Tanjungpriok. Harus lebih murah dari Tanjungpriok," tegasnya. (tribunbatam.id/dewi haryati)
Comments
Post a Comment