PEMERINTAH Aceh telah menandatangani joint venture (kerja sama) pengelolaan energi panas bumi Seulawah untuk pembangkitlistrik melalui Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA) dengan PTPertamina Geothermal Energy.
Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Direktur Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA) Muhsin, Direktur PT. Pertamina Geothermal Energy Irvan Zainuddin, serta Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.
Kerja sama tersebut dalam payung usaha bersama dalam jangka waktu tertentu, dalam hal ini PT Pertamina melalui anak perusahaannya PT Pertamina Geothermal Energy, PDPA, serta pemerintah Aceh membentuk PT Geothermal Energy Seulawah (GES) untuk mengelola pembangkit listrik tenaga panas bumi di Seulawah.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Selasa (1/8) mengatakan, proyek ini sudah ditunggu-tunggu sejak enam tahun lalu. Ia berharap proyek ini dapat diselesaikan dalam waktu 3,5 tahun atau maksimal 4 tahun ke depan, sehingga krisis listrik di Aceh dapat segera tertangani. "Semoga dengan penandatanganan ini gerak maju listrik di Aceh jangan ada kendala lagi," katanya.
Irwandi menyebutkan, masyarakat Aceh sudah cukup lama hidup dalam keterbatasan listrik, bahkan buruknya listrik di Aceh selama ini juga berdampak pada terhambatnya sektor investasi.
Ia menambahkan, bahwa beban puncak kebutuhan listrik di Aceh berkisar 325 megawatt (MW), sehingga untuk melayani kebutuhan dengan baik, idealnya PLN memiliki cadangan energi 50 persen dari kebutuhan itu, atau sekitar 500 MW. Kenyataannya, saat ini energi yang tersedia hanya 340 MW.
Pada kesempatan itu, Irwandi juga menjelaskan, proyek geothermal ini sebenarnya telah mulai digagas pertama kali pada 2008. Gagasan itu mendapat sambutan baik dari Pemerintah Jerman, yang pada 2009 bersedia menghibah dana sebesar US$10 juta.
Menurut Irwandi, Jerman tergerak menghibah dana sebesar itu karena Pemerintah Aceh saat itu memprakarsai pembangunan berbasis lingkungan yang dinamakan 'Aceh Green'. Namun sayang, proyek tersebut belum sempat terlaksana hingga masa tugasnya sebagai Gubernur Aceh berakhir pada 2012 lalu.
Ia berharap, dengan dimulainya pemanfaatan energi panas bumi Seulawah ini, kebutuhan listrik di Aceh dapat segera dipenuhi. "Dalam pengerjaannya nanti, sumur-sumur yang dibor diharapkan benar-benar dapat mengeluarkan energi panas sebagaimana diharapkan, sehingga modal yang terpakai benar-benar tepat guna," terangnya.
Sedangkan, perkiraan sementara, panas bumi Seulawah itu punya potensi hingga 165 MW. Oleh karena itu, tahap awal Pertamina dan PDPA akan mencari dulu 55 mega watt.
Upaya itu dilakukan, demi mendorong investasi masuk ke Aceh, diperlukan ketersediaan energi listrik. Apalagi Aceh tidak mungkin bisa mengundang investor tanpa menyediakan kebutuhan energi listrik yang cukup untuk mendukung industri atau usaha.
Selanjutnya, dalam pengerjaannya nanti, energi panas bumi tersebut dapat ditemui pada kedalaman yang standar, sehingga akan membutuhkan modal yang lebih sedikit. Ia mencontohkan seperti di Sabang yang energi panas buminya bisa didapat pada kedalaman 1.200 meter.
Sementara itu, Direktur PT. Pertamina Geothermal Energy Irvan Zainuddin mengatakan, akan segera memulai pembangunan proyek tersebut. Sebagai langkah awal, pada September mendatang akan melakukan survei untuk mencari titik koordinat untuk pengeboran.
"Setelah dari situ nanti kami akan melakukan evaluasi untuk menentukan titik mana yang akan kami lakukan pengeboran," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan proyek tersebut dalam tenggat waktu yang disebutkan Irwandi Yusuf. "Kami akan berusahan dan memaksimalkan potensi yang ada, agar target tersebut bisa tercapai. Namun, berdasarkan pengalaman, realisasinya sekitar 4 tahun sampai 6 tahun baru beroperasi normal," pungkasnya.(OL-3)
Comments
Post a Comment